Minggu, 27 Mei 2012

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Oseanografi Fisika






Disusun oleh
Desta Tansya H (230210100028)







logo unpad.jpg










PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012

ABSTRAK

            Tsunami adalah suatu gelombang pasang air laut yang dapat disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat atau terjadi di bawah permukaan laut dengan disertai naiknya permukaan air laut dan gelombang air. Selain disebabkan oleh gempa bumi, tsunami juga dapat ditimbulkan karena adanya longsoran lempeng bawah laut, aktivitas vulkanik dan tumbukan benda luar angkasa. Di Indonesia sendiri kejadian tsunami sudah sering terjadi dan selalu memakan korban yang tidak sedikit. Oleh karena itu untuk meminimalisasi jumlah korban yang meninggal ataupun hilang sebaiknya dilakukan mitigasi bencana alam. Salah satu yang harus dilakukan adalah dengan menyediakan sistem peringatan dini tsunami. Walaupun sistem ini tidak efektif pada kejadian tsunami yang datang secara tiba-tiba setidaknya apabila pusat bencana agak jauh dari dataran pesisir, pihak berwenang dapat melakukan peringatan agar masyarakat pesisir dapat melakukan evakuasi. Sistem ini terdiri dari sistem sensor, buoy dan pemantau, yang kemudian datanya akan di integrasi dengan sistem tide gauge dan GPS untuk memperoleh konfirmasi yang akurat mengenai pembentukan tsunami. Setelah data telah dipastikan maka pihak berwenang seperti BMKG akan menyampaikannya ke pemerintah dan media untuk disampaikan kepada masyarakat.

BAB I
PENDAHULUAN
Tsunami merupakan salah satu bencana yang sedikitnya menyebabkan trauma bagi mereka yang mengalaminya langsung. Bencana tsunami terbesar di Indonesia terjadi 8 tahun yang lalu yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam. Dan sampai saat ini menjadi trauma tersendiri bagi masyarakat di Aceh, terutama bagi anak-anak. Walaupun bukan bencana tsunami pertama tetapi karena besarnya gelombang yang menghantam daratan dan banyaknya korban yang meninggal maupun hilang mengakibatkan tsunami Aceh menjadi legenda tersendiri. Tsunami yang terjadi di Naggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi akibat tergesernya jalur sesar di bawah laut yang menyebabkan gempa berkekuatan sekitar MW 9.1 – 9.3 pada kedalaman 30 km di bawah muka rata-rata di pantai barat Sumatera. Gempa ini tidak hanya menimbulkan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, tetapi juga menimbulkan tsunami yang merusak pantai-pantai di India, Sri Langka, Thailand, bahkan juga sampai menimbulkan korban tewas di pantai timur dan selatan Afrika. Jumlah korban tewas pada kejadian ini untuk seluruh dunia lebih dari 275.000 jiwa, dan angka ini belum termasuk ribuan korban yang hilang.
Sebelum di Indonesia sebenarnya tsunami sudah sering terjadi di negara lain. Seperti yang terjadi di Alaska pada tahun 1964. Tsunami di Alaska ini mengakibatkan tewasnya 107 orang. Selain di Alaska tsunami juga sering melanda Hawaii. Pada tahun 1960 gelombang tsunami setinggi 11 meter melanda pulau ini dan merenggut 61 jiwa. Pada tahun 1976 gelombang tsunami menerjang negara Filipina di wilayah Teluk Moro dan menewaskan lebih dari 5 ribu jiwa. Pantai utara Papua Nugini pun tidak lepas dari terjangan gelombangan tsunami hingga menyebabkan 2 ribu orang tewa pada tahun 1998. Dengan selalu banyaknya korban yang bergelimpangan akibat bencana ini maka perlu perhatian khusus dalam penanggulangan bencana tsunami. Baik berupa mitigasi bencana maupun pembuatan sistem peringatan dini untuk bencana tsunami.
           

BAB II
ISI
Sebelum membahas lebih jauh mengenai tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan beberapa negara rawan tsunami seperti contohnya Jepang, ada baiknya kita mengetahui pengertian dari bencana tsunami itu sendiri. Tsunami sebenarnya berasal dari bahasa Jepang (, tsunami) dimana tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang, sehingga pengertiannya menjadi gelombang besar di pelabuhan. Berasal dari bahasa Jepang karena di Jepang inilah sering terjadi gempa-gempa yang menimbulkan tsunami baik besar maupun kecil. Tsunami merupakan suatu gelombang pasang air laut yang terjadi akibat gempa bumi yang berpusat atau terjadi di bawah permukaan laut dengan disertai naiknya permukaan air laut dan gelombang air. Gelombang air ini dapat menghantam daratan atau pesisir dengan kecepatan yang setara dengan pesawat terbang yaitu bisa mencapai 500 – 1000 km per jam. Dan setelah menghantam daratan kecepatannya akan berkurang menjadi 30 km per jam. Walaupun setelah mencapai daratan atau pesisir kecepatannya berkurang tetapi ketinggian gelombang akan meningkat, yaitu bisa mencapai 30 m atau lebih dan akan masuk ke daratan sampai beberapa kilometer dari garis pantai. Sebenarnya hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami bukan saja dikarenakan adanya gempa di bawah permukaan laut tetapi juga dapat dikarenakan adanya longsoran lempeng bawah laut, aktivitas vulkanik atau letusan gunung berapi di laut, dan tumbukan benda luar angkasa yang jatuh ke laut. Tetapi memang hampir 90% penyebab tsunami adalah gempa bumi bawah laut.
            Gempa bumi bawah laut biasanya terjadi karena adanya pergeseran atau patahan kerak bumi (sesar). Yang mana di bumi ini memiliki sekitar 20 lempeng atau pecahan kerak bumi yang besar yang memiliki ketebalan sekitar 70 km. Dimana lempeng – lempeng ini akan saling bergerak, ada yang bergerak menjauh (divergent), mendekat (convergent) dan bergeser (transform). Dan suatu mekanisme pergerakan yang menyebabkan pergeseran (yang sering kita sebut sesar atau fault) sering menyebabkan gempa bawah laut yang menimbulkan tsunami. Jenis sesar sebenarnya terbagi menjadi 4 jenis.
1.    Normal (sinking), dimana lempeng samudera pada sesar bergerak turun. Apabila sesar normal terjadi biasanya terjadi penyurutan air laut di pantai pada waktu separuh sebelum terjadinya tsunami. Biasanya pada pantai yang landai air bisa surut sampai 800 meter menjauhi pantai.
Gambar 1. Sesar Sinking

2.    Thrust (raising), dimana lempeng samudera pada sesar bergerak naik. Dan apabila sesar thrust terjadi maka wilayah pantai akan mengalami banjir akibat air pasang sebelum muncul gelombang air yang lebih tinggi atau tsunami.
Gambar 2. Sesar Raising

3.    Transform (mendatar), dimana lempeng samudera pada sesar bergerak mendatar.
4.    Oblique (miring), dimana lempeng samudera pada sesar bergerak miring.
Biasanya proses terjadinya tsunami akibat sesar terjadi karena adanya sentakan tiba-tiba dari pergerakan lempeng karena adanya tekanan yang besar. Sentakan ini membentuk gelombang yang akan menyebar ke sekitar pusat patahan. Untuk gelombang yang menuju daratan akan meninggi karena dasar laut yang dangkal sehingga terjadi penumpukan massa air. Hal ini dikarenakan kecepatan gelombang menurun karena tertahan daratan sehingga puncak dan lembah gelombang menjadi berdekatan sedangkan bagian atas gelombang tidak tertahan atau diperlambat oleh gesekan dan bergerak lebih cepat dari bagian bawah.
Gambar 3. Proses terjadinya tsunami

Ciri-ciri gempa yang dapat menimbulkan tsunami diantaranya yaitu:
1.    Pusat gempa berada di dasar laut dengan kedalaman kurang dari 60 km (perairan dangkal),
2.    Kekuatan gempa lebih besar dari 6,42 Skala Richter,
3.    Terjadinya deformasi vertikal dasar laut atau diakibatkan oleh sesar naik (raising) atau sesar turun (sinking).
Ada beberapa tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai, yaitu: terasanya getaran atau gempa di sekitar pantai, surutnya air laut secara tiba – tiba, tercium bau asin atau amis yang sangat menyengat, dari kejauhan tampak gelombang putih dengan suara gemuruh yang sangat keras, kemungkinan munculnya cahaya kemerahan di sepanjang horizon (aurora) akibat dari perubahan perilaku elektromagnetik bumi akibat getaran gempa,  dan yang terakhir adanya perilaku – perilaku aneh dari binatang – binatang di sekitar lokasi bencana tsunami. Umumnya fenomena – fenomena di atas terjadi beberapa menit sampai beberapa jam sebelum munculnya gelombang tsunami ke pesisir pantai.
            Dengan banyaknya korban – korban yang meninggal maupun hilang akibat bencana khususnya bencana tsunami maka perlu adanya mitigasi bencana alam. Mitigasi merupakan usaha untuk meminimalisasi akibat suatu kondisi berbahaya sebelum suatu bencana tersebut muncul. Mungkin bencana tsunami tidak dapat di cegah tetapi kita dapat mengurangi akibat yang akan ditimbulkan oleh bencana ini dengan mempelajari dan mengetahui kapan bencana ini akan datang dan cara – cara menyelamatkan diri dari bencana ini. Beberapa upaya mitigasi yang dapat kita lakukan bila terjadi bencana tsunami diantaranya yaitu:
1.    Hindari membangun rumah di daerah pesisir pantai
2.    Membuat tembok penahan tsunami di garis pantai yang rawan bencana tsunami
3.    Menjaga kelestarian hutan bakau. Karena keberadaan hutan bakau di daerah pesisir pantai dapat membantu menghadang gelombang tinggi seperti tsunami
4.    Membuat sistem peringatan dini bencana tsunami
5.    Membangun bangunan tinggi bila tidak terdapat bukit atau dataran tinggi di sekitar pesisir pantai untuk tempat evakuasi
6.    Mengidentifikasi dan menginventaris daerah – daerah yang rawan bencana
7.    Simulasi atau latihan bencana
8.    Memberikan sosialisasi mengenai bencana tsunami kepada masyarakat luas khususnya masyarakat pesisir yang daerahnya rawan tsunami
Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami yaitu dengan membuat sistem peringatan dini. Sistem ini berfungsi untuk memberitahukan bila akan datangnya suatu bencana. Sistem peringatan dini ini dapat berupa sistem biologi ataupun sistem buatan. Sistem biologis berupa pengamatan terhadap makhluk hidup (hewan) yang secara alamiah memiliki insting untuk melarikan diri karena rasa sakit atau takut akan datangnya suatu bencana. Sedangkan sistem buatan merupakan sistem yang memang khusus dibuat oleh manusia untuk menghimpun data – data terkait dan mengolahnya menjadi parameter kemungkinan akan munculnya suatu bencana. Di Indonesia sendiri sistem peringatan dini tsunami baru dikembangkan dengan bantuan dari beberapa negara. Sistem ini dikenal dengan nama Indonesian Tsunami Early Warning System – InaTEWS yang dikelola oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta. Sistem ini dibuat agar dapat menginformasikan peringatan akan munculnya tsunami dalam rentang waktu paling lama sekitar 5 menit setelah munculnya gempa bumi. Dengan adanya informasi yang cepat dari sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan bagi masyarakat di sekitar bencana dan dapat mengurangi jumlah korban serta kerugian lainnya akibat adanya bencana tsunami ini. Sistem InaTEWS merupakan sistem near real – time telemetry and  command yang didesain untuk aplikasi di bidang ilmu kelautan. Sistem ini terdiri dari sistem sensor, buoy, dan sistem pemantau. Sistem sensor berfungsi untuk mengamati perubahan – perubahan yang terjadi di laut, yang mana apabila terjadi gempa akibat sesar maka peristiwa ini akan ddirim ke buoy dan kemudian dicatat oleh suatu alat pencatat gempa (Seismograf). Setelah pencatatan dilakukan, segala informasi gempa mulai dari kekuatan, waktu dan lokasi terjadinya gempa dikirim melalui satelit ke BMKG Jakarta. Data yang telah diterima oleh pihak BMKG akan diolah dalam DSS untuk mengetahui apakah gempa ini memiliki potensi tsunami atau tidak. Pengolahan dilakukan dengan melakukan perhitungan yang didasari oleh beberapa juta skenario modelling yang telah dibuat sebelumnya. Data ini kemudian akan diintegrasikan dengan data yang berasal dari peralatan sistem peringatan dini lainnya seperti GPS dan Tide Gauge agar dapat memberikan konfirmasi mengenai pembentukan tsunami. Setelah mendapatkan kepastian maka BMKG akan meneruskan informasi ini melalui pihak – pihak berwenang dan media yang akan memberitahukan kepada masyarakat. Penyampaian informasi kepada masyarakat selain melalui televisi juga dapat melalui SMS, Facsimilie, telepon, email dan radio. Dan yang paling efektif dalam penyampaian informasi bencana tsunami bagi masyarakat pesisir adalah melalui Radio. Aplikasi sistem ini selain untuk peringatan dini tsunami, juga dapat digunakan untuk operasi minyak lepas pantai, navigasi kelautan, penelitian kelautan bahkan aplikasi militer dan pertahanan negara.

Gambar 4. Indonesian Tsunami Early Warning System
Sumber : http://www.ilmukelautan.com

Walaupun keberadaan sistem peringatan dini tsunami cukup bermanfaat, tetap saja sistem ini tidak dapat melindungi manusia dalam menghadapi bencana yang terjadi secara tiba – tiba. Dengan kata lain apabila bencana tsunami terjadi secara mendadak maka sistem ini tidak dapat menyelamatkan manusia dari terjangan gelombang besar. Sistem ini hanya dapat digunakan bila jarak pusat gempa cukup jauh dari pesisir pantai, sehingga dapat memberikan kesempata bagi masyarakat pesisir dalam mengevakuasi diri ke daerah yang datarannya lebih tinggi.

BAB III
KESIMPULAN
            Tsunami adalah suatu gelombang pasang air laut yang terjadi akibat gempa bumi yang berpusat atau terjadi di bawah permukaan laut dengan disertai naiknya permukaan air laut dan gelombang air. Tsunami merupakan bencana alam yang cukup besar menimbulkan kerugian serta korban baik meninggal maupun yang hilang. Perlu adanya suatu mitigasi bencana alam dalam menghadapi bencana tsunami. Salah satunya yaitu sistem peringatan dini tsunami. Yang mana sistem ini dapat memberikan informasi apabila adanya kemungkinan munculnya tsunami agar masyarakat dapat menyelamatkan diri masing – masing dari gelombang air yang sangat tingggi ini. Kita mungkin tidak dapat mengalahkan atau mencegah datangnya tsunami tetapi kita dapat mengenal dan mempelajarinya sehingga kita dapat mengetahui kapan tsunami ini akan terjadi dan bagaimana cara menyelamatkan diri dari bencana ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, William Mansfield, Sr. Dan Jan Malan Jordan, Jr. 2005. Tsunamis and Tsunami Warning Systems. http://www.eolss.net/Sample-Chapters/C07/E2-15-04-05.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 19.17 WIB.
Anonim. 2011. Tsunami. http://bpbdserang01.page4.me/68.html. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 20.14 WIB.
Anonim. 2012. Tsunami. http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 20.03 WIB.
Ahira, Anne. 2011. Cara Penanggulangan Tsunami. http://www.anneahira.com/cara-penanggulangan-tsunami.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 19.10 WIB.
Ahmad, Faisal. 2010. Sistem Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Warning System). http://www.ilmukelautan.com. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 19.21 WIB.
Djamaluddin, Ridwan dan Sudharmono. 2012. Sistem Peringatan Dini Tsunami. http://www.bic.web.id. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 19.24 WIB.
Nugraha, Mara. 2011. Penanggulangan Bencana Tsunami. http://maranugraha.wordpress.com. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 19.03 WIB.
Trisusanto, Riadi. 2011. Berkenalan dengan Tsunami. http://pencerahan-sejarah.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 20.27 WIB.