ER
Mapper merupakan salah satu software (perangkat
lunak) yang digunakan untuk mengolah data citra. Beberapa perangkat lunak
serupa yang juga memiliki fungsi yang sama antara lain ERDAS Imagine, PCL, dan
lain-lain. Masing-masing software memiliki keunggulan dan kekurangannya
masing-masing. ER Mapper sendiri dikeluarkan oleh Earth Resource Mapping, yang
merupakan salah satu vendor piranti pemrosesan citra yang berpusat di Australia
dengan berbagai cabang utama dan cabang pembantudi beberapa negara. Meyngingat
software ini mudah dipelajari dan proses penyimpanan data yang lebih cepat dan
sederhana dibandingkan softwae lain, ER Mapper lebih banyak dipilih dan
diminati pengolah citra satelit. Secara umum ada dua tipe tombol operasi pada
ER Mapper, yaitu tombol menu pulldown dan
toolbar. Sebagian besar perintah
operasional telah terfasilitasi dalam menu pulldown,
namun dalam kasus-kasus tertentu, menu toolbar
sangat efisien dan reflatif lebih mudah dihgunakan.
Penggabungan Citra
Penggabungan
citra atau juga sering dikenal dengan Image
fusion adalah suatu proses penggabungan informasi menarik dalam dua atau
lebih gambar menjadi satu gambar yang bertujuan untuk mengkombinasikan
informasi spasial yang lebih tinggi dalam satu band dengan informasi spectral
yang lebih tinggi pada dataset yang lain. Penggabungan citra dilakukan untuk
menajamkan resolusi sebuah gambar. Secara sederhana penggabungan citra secara
definisi ada 3, yaitu:
1. Fusion
adalah penggabungan antara dua citra atau lebih yang dijadikan menjadi suatu
citra yang baru dengan menggunakan beberapa algoritma tertentu,
2. Merging
adalah penggabungan dengan pemahaman bahwa dua citra atau lebih yang dijadikan
satu dengan teknik penajaman dan penormalan citra tertentu,
3. Combination
adalah penggabungan beberapa band dalam suatu citra multi untuk suatu tujuan
tertentu.
Metode
penggabungan standar fusi citra didasarkan pada Red-Green-Blue (RGB) untuk
transformasi Intensity-Hue-Saturation (IHS). Langkah-langkah yang biasa
terlibat dalam fusi citra satelit adalah sebagai berikut:
a. Mengubah
ukuran gambar miultispektral resolusi rendah dengan ukuran yang sama seperti
gambar pankromatik
b. Mengubah
band R, G dan B dari citra multispektral menjadi komponen-komponen HIS
c. Memodifikasi
gambar pankromatik sehubungan dengan citra multispektral. Hal ini biasanya
dilakukan oleh pencocokan histrogram dari citra pankromatik dengan komponen
intensitas dari citra pankromatik dengan komponen intensitas dari citra
multispektral sebagai referensi
d. Mengganti
komponen intensitas dengan citra pankromatik dan melakukan transformasi invers
untuk mendapatkan gambar multispektral resolusi tinggi.
Koreksi Geometri
Sebelum
data citra dapat diolah, sistem proyeksi/koordinat peta harus didefinisikan dan
disesuaikan terlebih dahulu dengan areal kerja atau dengan data spasial yang
telah ada sebelumnya. Dalam koreksi geometrik, istilah rektifikasi digunakan bila data citra dikoreksi dengan peta dasar
sebagai acuannya. Sedangkan untuk data citra yang dikoreksi dengan acuan citra
lain yang telah terkoreksi digunakan istilah registrasi.
Koreksi
geometrik merupakan tahapan agar data citra dapat diproyeksikan sesuai dengan
sistem koordinat yang digunakan. Acuan dari koreksi geometrik ini dapat berupa
peta dasar ataupun data citra sebelumnya yang telah terkoreksi. Secara umum,
dalam ER Mapper sendiri terdapat empat tipe pengoperasian rektifikasi :
·
Image
to map rectification,
·
Image
to image retrification,
·
Map
to map transformation, yaitu
mentransformasikan data yang terkoreksi menjadi datum/map projection yang baru,
·
Image
rotation, memutar citra menjadi beberapa derajat.
Koreksi geometri dilakukan dengan
menggunakan acuan titik kontrol yang dikenal dengan Ground Control Point (GCP). Titik kontrol yang ditentukan merupakan
titik-titik dari objek yang bersifat permanen dan dapat diidentifikasi di atas
citra dan peta dasar. GCP dapat berupa persilangan jalan, percabangan sungai,
persilangan antara jalan dengan sungai (jembatan) atau objek lain.
Langkah
awal Koreksi geometrik adalah menentukan metode yang akan digunakan untuk
melakukan koreksi. Metoda yang akan digunakan tergantung pada jenis data
(Resolusi Spasial), jenis kesalahan geometris (skew, yaw, Roll, pitch). Menurut wizard ER Mapper6.4, terdapat 7 Geocoding Type, yaitu:
a. Tryangulation
biasanya digunakan untuk data yang mengalami banyak pergeseran/distorsi skew
dan yaw. Juga digunakan untuk data yang tidak sama ukuran pixelnya pada satu
set data.
b. Polynomial
biasanya digunakan untuk data citra yang mengalami pergeseran linear, ukuran
pixel sama dalam satu set, untuk data resolusi spasial tinggi maupun rendah.
c. Orthorectify
using ground control point digunakan selain untuk mengoreksi citra secara
geometris, juga mengoreksi citra berdasarkan ketinggian geografisnya. Jika
tidak menggunakn orthorectify, maka puncak gunung akan bergeser letaknya dari
posisi sebenarnya, walupun sudah dikoreksi secara geometris.
d.
Orthorectify
using exterior orientation
e.
Map
to map projection
f.
Known
Point Registration
g. Rotation
digunakan untuk mengoreksi citra karena terjadi pergeseran citra yang terlihat
berputar, baik searah jarum jam maupun berlawanan jarum jam.
Klasifikasi Citra
Klasifikasi
citra merupakan tahap interpretasi informasi pada citra yang dibuat berdasarkan
klas kategori tertentu. Metode klasifikasi secara umum terbagi menjadi dua
macam, diantaranya yaitu:
·
Klasifikasi tidak terbimbing
(Unsupervised classification),
merupakan metode klasifikasi yang memberikan keleluasaan bagi komputer untuk
mengklasifikasikan citra secara mandiri. Jenis metode ini digunakan bila
kualitas citra sangat tinggi dengan distorsi atmosferik dan tutupan awan yang
rendah. Namun, dalam banyak kasus, terlepas dari kondisi citra yang
bersangkutan, metode ini banyak digunakan untuk memberikan gambaran
kasar/informasi awal.
·
Klasifikasi terbimbing
(Supervised classification),
merupakan metode klasifikasi yang memberikan bimbingan kepada komputer dalam
proses klasifikasinya. Intervensi pengguna dimulai sejak penentuan training
area hingga tahap pengklasterannya. Klasifikasi terbimbing dalam hal ini
mensyaratkan kemampuan pengguna dalan penguasaan informasi lahan terhadap areal
kajian.
Interpretasi
Citra
Interpretasi
citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat objek yang
tampak pada citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari
suatu objek yang sedang diamati sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat
pemantau. Menurut Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) terdapat
8 unsur interpretasi yang digunakan secara konvergen untuk dapat mengenali
suatu objek yang ada pada citra. Kedelapan unsur tersebut adalah warna/rona,
bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan asosiasi. Diantara ke
delapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal yang paling dominan dan
langsung mempengaruhi pengguna citra dalam memulai interpretasi.
Interpretasi
citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang
tampak pada citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dapat dilakukan
secara manual atau visual, dan dapat pula secara digital. Interpretasi citra
secara visual sering di sebut dengan interpretasi fotografik, sekalipun citra
yang di gunakan bukan citra foto, melainkan citra non foto yang telah tercetak
(hard copy). Sebutan interpretasi fotografik sering di berikan pada
Interpretasi visual citra non foto, karena banyak produk tercetak citra non
foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film
ataupun citra tercetak di atas kertas foto, dengan proses reproduksi
fotografik. Hal ini dapat dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer
pengolahan citra non foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film
writer, dan hasil cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar
(lebih kurang hingga ukuran karto). Istilah Interpretasi fotografik juga
diberikan pada berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non foto,
karena prinsip-prinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari
prinsip-prinsip interpretasi foto udara.
Dalam
menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
·
Deteksi yaitu
pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor
·
Identifikasi yaitu
mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan
·
Analisis yaitu rekaman
data pengindraan jauh tersebut berupa data digital atau data numerik
Pada proses pelaksanaan interpretasi
citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa
pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra
tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada
penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.